3 Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Penjelasannya
Teori pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara historis). Kedua, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan penyebab-penyebabnya (secara analitis). Secara umum, ada tiga teori pertumbuhan ekonomi yang akan kita pelajari, yaitu teori pertumbuhan ekonomi historis, teori pertumbuhan ekonomi kalsik, dan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik.
Teori pertumbuhan ekonomi yang kita pelajari pertama adalah teori pertumbuhan ekonomi historis. Tokoh dari teori pertumbuhan ekonomi historis adalah Frederich List, Karl Bucher, Werner Sombart dan WW. Rostow. Berikut penjelasan singkat tentang teori pertumbuhan ekonomi historis.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Frederich List (1789 - 1846)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang pertama menurut Frederich List. Frederich List menguraikan pertumbuhan ekonomi yang dialami suatu negara berdasarkan cara produksi (teknik produksi) dan mata pencaharian masyarakat. Frederich List membagi pertumbuhan ekonomi ke dalam tahapan yang bertingkat-tingkat seperti sebuah tangga sehingga disebut “Stuffen Theorien” (teori tangga).
1) Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia memenuhi kebutuhannya dengan berburu dan mengembara. Berburu dilakukan oleh laki-laki, sedang perempuan bertugas mencari umbi- umbian, buah dan sayuran. Jika hewan dan tumbuhan sebagai makanan telah habis di suatu tempat, mereka akan berpindah (mengembara) ke tempat lain, demikian seterusnya. Pada masa ini belum ada pertukaran, karena manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Masa beternak dan bertani
Pada masa ini manusia sudah mulai menetap di suatu tempat, mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara beternak dan bertani. Binatang buruan yang diperoleh sebagian dipelihara untuk diambil daging atau telurnya. Umbi-umbian, buah, sayuran dan tanaman lain yang disukai ditanam agar suatu saat bisa dipanen dan dijadikan bahan makanan. Karena tinggal menetap maka pada masa ini mulai timbul perkampungan atau desa-desa.
3) Masa bertani dan kerajinan
Pada masa ini, selain bertani manusia sudah mulai mengembangkan kerajinan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti pandai besi dan pertukangan. Kerajinan dikerjakan untuk memanfaatkan waktu luang setelah mengerjakan pekerjaan bertani.
4) Masa kerajinan, industri dan perniagaan
Pada masa ini, selain kerajinan manusia juga telah melakukan kegiatan industri (mendirikan pabrik-pabrik) dan perniagaan (perdagangan). Sehingga muncul kota-kota sebagai pusat industri dan perdagangan. Pada masa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang cepat dan perdagangan tidak hanya bersifat nasional tetapi sudah bersifat internasional, karena didukung oleh alat-alat transportasi.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Karl Bucher (1847-1930)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang kedua menurut Karl Bucher. Karl Bucher menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen. Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi dibagi menurut tahap-tahap berikut:
1) Masa rumah tangga tertutup
Masyarakat berproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sendiri. Pada masa ini keluarga mereka masih sangat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan masih bersifat tertutup dan belum ada pertukaran antar desa atau antar kelompok.
2) Masa rumah tangga kota
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan kelompok atau desa tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang disebut dengan perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat membangun tempat khusus sebagai pusat perdagangan dan industri yang disebut kota. Selanjutnya, timbul hubungan dagang antara desa dengan kota.
3) Masa rumah tangga bangsa (kemasyarakatan)
Sesuai perkembangan zaman, pertukaran yang terjadi di satu kota sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduknya. Kadang-kadang suatu kota tidak dapat menghasilkan satu jenis barang dan barang tersebut harus didatangkan dari kota lain, sehingga terjadilah kegiatan perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke seluruh kota sehingga terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran perdagangan antar kota dalam satu negara atau dalam satu bangsa.
4) Masa rumah tangga dunia
Pada masa ini, pertukaran atau perdagangan sudah melewati batasbatas negara karena antar negara ternyata saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga didukung dengan kemajuan IPTEK yang memudahkan manusia berhubungan dengan negara lain.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Werner Sombart (1863 - 1947)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang ketiga menurut Sombart. Sombart menguraikan pertumbuhan ekonomi menjadi empat tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1) Prakapitalisme (Vorkapitalismus)
Pada masa ini belum dikenal adanya kaum kapitalis atau paham kapitalis. Masyarakat bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam suasana kekeluargaan. Di masa ini umumnya masyarakat hidup dari sektor pertanian dan kehidupan masih bersifat statis.
2) Kapitalis Madya (Fruh Kapitalismus)
Pada masa ini kehidupan sudah mulai dinamis. Manusia sudah mengenal uang dan mulai menumpuk keuntungan dan kekayaan. Suasana kekeluargaan mulai memudar, gaya hidup individualis perlahan-lahan merasuki masyarakat.
3) Kapitalis Raya (Hoch Kapitalismus)
Pada masa ini kehidupan hanya diarahkan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, muncul para kaum kapitalis (kaum yang bermodal besar). Kaum ini menguasai alat-alat produksi untuk melakukan produksi secara besar-besaran. Sebagai akibat munculnya kaum kapitalis, muncul pula kaum buruh (pekerja).
4) Kapitalis Akhir (Spot Kapitalismus)
Akibat adanya kesenjangan kesejahteraan antara kaum kapitalis dan kaum buruh, pada masa ini muncul kaum sosialis yang ingin mewujudkan kesejahteraan bersama. Untuk itu, campur tangan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengendalikan perekonomian. Akibatnya, peran kaum kapitalis terdesak oleh kaum sosialis.
d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Walt Whiteman Rostow (1916 - 1979)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang keempat menurut Walt Whiteman Rostow. Dalam bukunya yang berjudul “The Stages of Economic Growth”, WW Rostow menguraikan pertumbuhan ekonomi ke dalam beberapa tahap (masa), yaitu:
1) Masyarakat tradisional (The traditional society)
Pada masa ini kehidupan masih sangat tradisional, adat istiadat masih berperan kuat. Produksi masih menggunakan alat yang sederhana dan hanya mampu memproduksi dengan hasil yang terbatas.
2) Prasyarat untuk lepas landas (Precondition for take off)
Pada masa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya dilakukan pembaharuan atau perubahan hidup. Mereka sudah tidak terpaku pada adat dan mulai menerima pemikiran-pemikiran baru, menerima inovasiinovasi baru dan menerima perubahan cara-cara berproduksi. Akibat selanjutnya terjadilah perubahan struktur sosial, sistem politik dan struktur kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi mengalami perubahan dari agraris menjadi industri dan perdagangan. Sehingga, proses pertumbuhan ekonomi sudah mulai berlangsung dengan mantap dan negara dikatakan sudah siap menuju tahap lepas landas.
3) Lepas landas (Take off)
Pada masa ini pertumbuhan ekonomi terus berlangsung. Pada permulaan masa lepas landas, bisa terjadi revolusi politik, timbulnya pasar baru yang sangat luas dan muncul penemuan baru yang sangat banyak. Selanjutnya, terjadi kegiatan penanaman modal yang pesat dan mencapai 10% dari Produk Nasional Neto, terjadi kemajuan yang tinggi dalam sektor industri serta terwujudnya suatu kerangka dasar yang kuat untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi ke tahap berikutnya.
4) Perekonomian yang matang (Maturity of Economic)
Pada masa ini masyarakat sudah mampu menggunakan teknologi modern secara selektif sehingga faktor-faktor produksi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Sektor dan industri pada masa ini merupakan sektor yang semakin penting, sedangkan sektor pertanian semakin menurun perannya. Kemudian, muncul tenaga-tenaga profesional di bidang industri. Perekonomian yang matang (dewasa) ditandai juga dengan kemampuan negara dalam menyelesaikan sendiri kesulitan ekonomi tanpa meminta bantuan dari negara lain.
5) Konsumsi tinggi (High mass consumption)
Masa konsumsi tinggi merupakan tahap pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi. Pada masa ini masyarakat telah mencapai kemakmuran. Masyarakat lebih memikirkan cara berkonsumsi untuk mengalokasikan penghasilannya yang melimpah, pendapatan per kapita riil yang sangat tinggi digunakan untuk konsumsi semua barang termasuk barangbarang mewah. Pada masa ini negara dan masyarakat tinggal berusaha untuk mempertahankan kemakmuran.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi kedua yang akan kita pelajari adalah teori pertumbuhan ekonomi klasik. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu per satu tentang pertumbuhan ekonomi klasik.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Menurut Adam Smith
Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang pertama kita pelajari yaitu teori Adam smith. Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:
1) Pertumbuhan penduduk.
2) Pertumbuhan output total.
Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang. Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Menurut David Ricardo dan TR Malthus
Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu teori David Ricardo dan TR Malthus. Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State. TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Teori pertumbuhan ekonomi ketiga yang kita pelajari adalah teori pertumbuhan ekonomi neoklasik. Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph Schumpeter. Berikut penjelasan singkat tentang teori pertumbuhan ekonomi neoklasik
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Menurut Robert Solow
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang pertama kita pelajari yaitu teori Robert Solow. Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bisa dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Menurut Harrod dan Domar
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu teori Harrod dan Domar. Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Menurut Joseph Schumpeter
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu Joseph Schumpeter. Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1) Diperkenalkannya teknologi baru.
2) Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3) Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
( Baca Juga : Masalah Pembangunan Ekonomi di Indonesia )
Demikian penjelasan singkat kami tentang teori pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari teori pertumbuhan ekonomi historis, teori pertumbuhan ekonomi kalsik, dan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik. Semoga artikel kami yang membahas tentang teori pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari teori pertumbuhan ekonomi historis, teori pertumbuhan ekonomi kalsik, dan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik bermanfaat untuk para pembaca.
Teori pertumbuhan ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi HistorisTeori pertumbuhan ekonomi yang kita pelajari pertama adalah teori pertumbuhan ekonomi historis. Tokoh dari teori pertumbuhan ekonomi historis adalah Frederich List, Karl Bucher, Werner Sombart dan WW. Rostow. Berikut penjelasan singkat tentang teori pertumbuhan ekonomi historis.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Frederich List (1789 - 1846)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang pertama menurut Frederich List. Frederich List menguraikan pertumbuhan ekonomi yang dialami suatu negara berdasarkan cara produksi (teknik produksi) dan mata pencaharian masyarakat. Frederich List membagi pertumbuhan ekonomi ke dalam tahapan yang bertingkat-tingkat seperti sebuah tangga sehingga disebut “Stuffen Theorien” (teori tangga).
1) Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia memenuhi kebutuhannya dengan berburu dan mengembara. Berburu dilakukan oleh laki-laki, sedang perempuan bertugas mencari umbi- umbian, buah dan sayuran. Jika hewan dan tumbuhan sebagai makanan telah habis di suatu tempat, mereka akan berpindah (mengembara) ke tempat lain, demikian seterusnya. Pada masa ini belum ada pertukaran, karena manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Masa beternak dan bertani
Pada masa ini manusia sudah mulai menetap di suatu tempat, mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara beternak dan bertani. Binatang buruan yang diperoleh sebagian dipelihara untuk diambil daging atau telurnya. Umbi-umbian, buah, sayuran dan tanaman lain yang disukai ditanam agar suatu saat bisa dipanen dan dijadikan bahan makanan. Karena tinggal menetap maka pada masa ini mulai timbul perkampungan atau desa-desa.
3) Masa bertani dan kerajinan
Pada masa ini, selain bertani manusia sudah mulai mengembangkan kerajinan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti pandai besi dan pertukangan. Kerajinan dikerjakan untuk memanfaatkan waktu luang setelah mengerjakan pekerjaan bertani.
4) Masa kerajinan, industri dan perniagaan
Pada masa ini, selain kerajinan manusia juga telah melakukan kegiatan industri (mendirikan pabrik-pabrik) dan perniagaan (perdagangan). Sehingga muncul kota-kota sebagai pusat industri dan perdagangan. Pada masa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang cepat dan perdagangan tidak hanya bersifat nasional tetapi sudah bersifat internasional, karena didukung oleh alat-alat transportasi.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Karl Bucher (1847-1930)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang kedua menurut Karl Bucher. Karl Bucher menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen. Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi dibagi menurut tahap-tahap berikut:
1) Masa rumah tangga tertutup
Masyarakat berproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sendiri. Pada masa ini keluarga mereka masih sangat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan masih bersifat tertutup dan belum ada pertukaran antar desa atau antar kelompok.
2) Masa rumah tangga kota
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan kelompok atau desa tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang disebut dengan perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat membangun tempat khusus sebagai pusat perdagangan dan industri yang disebut kota. Selanjutnya, timbul hubungan dagang antara desa dengan kota.
3) Masa rumah tangga bangsa (kemasyarakatan)
Sesuai perkembangan zaman, pertukaran yang terjadi di satu kota sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduknya. Kadang-kadang suatu kota tidak dapat menghasilkan satu jenis barang dan barang tersebut harus didatangkan dari kota lain, sehingga terjadilah kegiatan perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke seluruh kota sehingga terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran perdagangan antar kota dalam satu negara atau dalam satu bangsa.
4) Masa rumah tangga dunia
Pada masa ini, pertukaran atau perdagangan sudah melewati batasbatas negara karena antar negara ternyata saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga didukung dengan kemajuan IPTEK yang memudahkan manusia berhubungan dengan negara lain.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Werner Sombart (1863 - 1947)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang ketiga menurut Sombart. Sombart menguraikan pertumbuhan ekonomi menjadi empat tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1) Prakapitalisme (Vorkapitalismus)
Pada masa ini belum dikenal adanya kaum kapitalis atau paham kapitalis. Masyarakat bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam suasana kekeluargaan. Di masa ini umumnya masyarakat hidup dari sektor pertanian dan kehidupan masih bersifat statis.
2) Kapitalis Madya (Fruh Kapitalismus)
Pada masa ini kehidupan sudah mulai dinamis. Manusia sudah mengenal uang dan mulai menumpuk keuntungan dan kekayaan. Suasana kekeluargaan mulai memudar, gaya hidup individualis perlahan-lahan merasuki masyarakat.
3) Kapitalis Raya (Hoch Kapitalismus)
Pada masa ini kehidupan hanya diarahkan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, muncul para kaum kapitalis (kaum yang bermodal besar). Kaum ini menguasai alat-alat produksi untuk melakukan produksi secara besar-besaran. Sebagai akibat munculnya kaum kapitalis, muncul pula kaum buruh (pekerja).
4) Kapitalis Akhir (Spot Kapitalismus)
Akibat adanya kesenjangan kesejahteraan antara kaum kapitalis dan kaum buruh, pada masa ini muncul kaum sosialis yang ingin mewujudkan kesejahteraan bersama. Untuk itu, campur tangan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengendalikan perekonomian. Akibatnya, peran kaum kapitalis terdesak oleh kaum sosialis.
d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Walt Whiteman Rostow (1916 - 1979)
Teori pertumbuhan ekonomi historis yang keempat menurut Walt Whiteman Rostow. Dalam bukunya yang berjudul “The Stages of Economic Growth”, WW Rostow menguraikan pertumbuhan ekonomi ke dalam beberapa tahap (masa), yaitu:
1) Masyarakat tradisional (The traditional society)
Pada masa ini kehidupan masih sangat tradisional, adat istiadat masih berperan kuat. Produksi masih menggunakan alat yang sederhana dan hanya mampu memproduksi dengan hasil yang terbatas.
2) Prasyarat untuk lepas landas (Precondition for take off)
Pada masa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya dilakukan pembaharuan atau perubahan hidup. Mereka sudah tidak terpaku pada adat dan mulai menerima pemikiran-pemikiran baru, menerima inovasiinovasi baru dan menerima perubahan cara-cara berproduksi. Akibat selanjutnya terjadilah perubahan struktur sosial, sistem politik dan struktur kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi mengalami perubahan dari agraris menjadi industri dan perdagangan. Sehingga, proses pertumbuhan ekonomi sudah mulai berlangsung dengan mantap dan negara dikatakan sudah siap menuju tahap lepas landas.
3) Lepas landas (Take off)
Pada masa ini pertumbuhan ekonomi terus berlangsung. Pada permulaan masa lepas landas, bisa terjadi revolusi politik, timbulnya pasar baru yang sangat luas dan muncul penemuan baru yang sangat banyak. Selanjutnya, terjadi kegiatan penanaman modal yang pesat dan mencapai 10% dari Produk Nasional Neto, terjadi kemajuan yang tinggi dalam sektor industri serta terwujudnya suatu kerangka dasar yang kuat untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi ke tahap berikutnya.
4) Perekonomian yang matang (Maturity of Economic)
Pada masa ini masyarakat sudah mampu menggunakan teknologi modern secara selektif sehingga faktor-faktor produksi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Sektor dan industri pada masa ini merupakan sektor yang semakin penting, sedangkan sektor pertanian semakin menurun perannya. Kemudian, muncul tenaga-tenaga profesional di bidang industri. Perekonomian yang matang (dewasa) ditandai juga dengan kemampuan negara dalam menyelesaikan sendiri kesulitan ekonomi tanpa meminta bantuan dari negara lain.
5) Konsumsi tinggi (High mass consumption)
Masa konsumsi tinggi merupakan tahap pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi. Pada masa ini masyarakat telah mencapai kemakmuran. Masyarakat lebih memikirkan cara berkonsumsi untuk mengalokasikan penghasilannya yang melimpah, pendapatan per kapita riil yang sangat tinggi digunakan untuk konsumsi semua barang termasuk barangbarang mewah. Pada masa ini negara dan masyarakat tinggal berusaha untuk mempertahankan kemakmuran.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi kedua yang akan kita pelajari adalah teori pertumbuhan ekonomi klasik. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu per satu tentang pertumbuhan ekonomi klasik.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Menurut Adam Smith
Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang pertama kita pelajari yaitu teori Adam smith. Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:
1) Pertumbuhan penduduk.
2) Pertumbuhan output total.
Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang. Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Menurut David Ricardo dan TR Malthus
Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu teori David Ricardo dan TR Malthus. Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State. TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Teori pertumbuhan ekonomi ketiga yang kita pelajari adalah teori pertumbuhan ekonomi neoklasik. Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph Schumpeter. Berikut penjelasan singkat tentang teori pertumbuhan ekonomi neoklasik
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang pertama kita pelajari yaitu teori Robert Solow. Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bisa dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Menurut Harrod dan Domar
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu teori Harrod dan Domar. Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Menurut Joseph Schumpeter
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang selanjutnya kita pelajari yaitu Joseph Schumpeter. Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1) Diperkenalkannya teknologi baru.
2) Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3) Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
( Baca Juga : Masalah Pembangunan Ekonomi di Indonesia )
Demikian penjelasan singkat kami tentang teori pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari teori pertumbuhan ekonomi historis, teori pertumbuhan ekonomi kalsik, dan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik. Semoga artikel kami yang membahas tentang teori pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari teori pertumbuhan ekonomi historis, teori pertumbuhan ekonomi kalsik, dan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik bermanfaat untuk para pembaca.
Posting Komentar untuk "3 Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Penjelasannya"
Silahkan berkomentar . .