Inilah Kondisi Kepercayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam
Makkah merupakan daerah munculnya agama Islam yang di ajarkan oleh nabi Muhammad Saw. Sebelum agama Islam hadir di tengah-tengah masyarakat Makkah, Kepercayaan manyarakat Makkah sudah menyimpang.
Setelah Nabi Ismail as. wafat, kondisi kepercayaan masyarakat Makkah berubah. Masyarakat Makkah mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan masyarakat Makkah berawal dari Amir bin Lubai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke Syam (Syiria). Dia melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia tertarik untuk mempelajari dan mempraktikannya di Makkah. Dia membawa berhala yang diberi nama Hubal dan diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan berhala yang lainnya seperti Latta, Uzza, dan Manna.
Dia mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhalah. Sehingga masyarakat menyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhannya. Hal ini mempuat kondisi kepercayaan masyarakat Makkah berubah drastis. Sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala sehinga mencapai 360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala. Ketika melaksanakan haji, bangsa Arab melihat berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para Pembesar menjawab bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di seluruh Jazirah Arab.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas, yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh AS merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi di lereng bukit yang terletak di kota Saba”
Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahn suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’. Padahal nama-nama itu adalah nama orang-orang saleh di zaman Nabi Nuh as. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.
Masa itu disebut masa Jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun mereka bodoh dari keimanan kepada Allah seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. Mereka menyimpangkan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim as. Ada beberapa faktor penyebab penyimpangan ajaran yang dibawa nabi Ibrahim as. Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan ajaran yang dibawa nabi Ibrahim as adalah :
1. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.
2. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.
3. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Tuhan.
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan lain yang berkembang di Makkah, yaitu:
1. Menyembah Malaikat
Sebagian masyarakat Arab menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian beranggapan malaikat adalah putri Tuhan.
2. Menyembah Jin, Ruh, atau hantu
Sebagian masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur mereka. Mereka mengadakan sesajian berupa kurban binatanag sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.
Di saat-saat agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw akan datang, beberapa orang dalam masyarakat Makkah sudah berusaha meninggalkan keyakinan menyembah berhala dan berbalik menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Diantara mereka adalah Waraqah bin Naufa, Umayyah bin Shalt, Qus Saidah, Usman bin Khuwairis, Abdullah bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar. Mereka adalah kelompok yang menentang tradisi menyembah berhala. Namun Mereka meninggal sebelum datangnya Islam. (Baca juga : Kerajaan-Kerajaan di Jazirah Arab Sebelum Islam )
Demikian artikel kami tentang kondisi kepercayaan masyarakat makkah sebelum Islam. Semoga artikel kami tentang kondisi kepercayaan masyarakat makkah sebelum Islam bermanfaat untuk para pembaca.
Kondisi Kepercayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam
Pada awalnya, masyarakat Makkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail as. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa (istrinya), dan Nabi Ismail (putranya) membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang terpelihara, seperti Ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan Proses perjalanan kehidupan keluarga ini dinapaktilasi oleh umat Islam dalam salah satu rukun haji. (Baca juga : Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Makkah Sebelum Islam )Setelah Nabi Ismail as. wafat, kondisi kepercayaan masyarakat Makkah berubah. Masyarakat Makkah mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan masyarakat Makkah berawal dari Amir bin Lubai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke Syam (Syiria). Dia melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia tertarik untuk mempelajari dan mempraktikannya di Makkah. Dia membawa berhala yang diberi nama Hubal dan diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan berhala yang lainnya seperti Latta, Uzza, dan Manna.
Dia mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhalah. Sehingga masyarakat menyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhannya. Hal ini mempuat kondisi kepercayaan masyarakat Makkah berubah drastis. Sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala sehinga mencapai 360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala. Ketika melaksanakan haji, bangsa Arab melihat berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para Pembesar menjawab bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di seluruh Jazirah Arab.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas, yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh AS merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi di lereng bukit yang terletak di kota Saba”
Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahn suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’. Padahal nama-nama itu adalah nama orang-orang saleh di zaman Nabi Nuh as. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.
Masa itu disebut masa Jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun mereka bodoh dari keimanan kepada Allah seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. Mereka menyimpangkan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim as. Ada beberapa faktor penyebab penyimpangan ajaran yang dibawa nabi Ibrahim as. Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan ajaran yang dibawa nabi Ibrahim as adalah :
1. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.
2. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.
3. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Tuhan.
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan lain yang berkembang di Makkah, yaitu:
1. Menyembah Malaikat
Sebagian masyarakat Arab menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian beranggapan malaikat adalah putri Tuhan.
2. Menyembah Jin, Ruh, atau hantu
Sebagian masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur mereka. Mereka mengadakan sesajian berupa kurban binatanag sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.
Demikian artikel kami tentang kondisi kepercayaan masyarakat makkah sebelum Islam. Semoga artikel kami tentang kondisi kepercayaan masyarakat makkah sebelum Islam bermanfaat untuk para pembaca.
Posting Komentar untuk "Inilah Kondisi Kepercayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam"
Silahkan berkomentar . .