Sejarah Kerajaan Kalingga
Sejarah Kerajaan Kalingga. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang kerajaan yang diperkirakan berada di pulau Jawa, khususnya pulau jawa bagian utara, yaitu kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga merupakan kerajaan yang terkenal dengan sosok pemimpin perempuan yang adil, yaitu Ratu Sima.
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang sangat tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau nama lainnya yaitu kerajaan Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra).
Sementara di sebelah utara kerajaan Kalingga terdapat Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudera. Oleh karena itu, kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Jawa Tengah, di Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria. Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 - ke-9 M.
Untuk mencoba kejujuran rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan pundi - pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu yang lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang sedang jalan - jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggot keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Agama utama yang dianut oleh penduduk kerajaan Kalingga pada umumnya Buddha. Agama Buddha berkembang pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang di Kaling dan tinggal selama tiga tahun.Selama di kerajaan Kalingga, ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke dalam bahasa Cina. Dalam usaha menterjemahkan kitab itu Hwining dibantu oleh seorang pendeta bernama Jnanabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat di Kalingga hidup teratur, aman, dan tenteram. Mata pencaharian penduduk kerajaan Kalingga pada umumnya adalah bertani, karena wilayah kerajaan Kalingga subur untuk pertanian. Di samping itu, penduduk kerajaan Kalingga juga melakukan perdagangan.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
Peninggalan kerajaan kalingga berdasarkan berbagai sumber sejarah ada 5 (lima), terdiri dari 2 candi dan 3 prasasti. Berikut ini penjelasannya.
1. Prasasti Tukmas
Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti Tukmas dapat dijumpai di Kecamatan Grabak, Magelang (sebelah barat Gunung Merapi).
2. Prasasti Upit
Prasasti Upit saai ini disimpan di kantor Purbakala Jawa Tengah, yaitu di Prambanan, kabupaten Klaten.
3. Prasasti Sojomerto
Prasasti ini merupakan sebuah prasasti yang ada di kabupaten Batang.
4. Candi Angin
Candi ini terletak di Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang cukup tinggi namun tidak roboh terkena angin, maka candi ini dinamakan candi angin.
5. Candi Bubrah
Candi Bubrah juga berada di desa Tempur, Kabupaten Jepara. Karena jarak Candi Bubrah yang berjarak sekitar 500 meter dari Candi Angin.
Demikian artikel kami yang membahas tentang kerajaan Kalingga yang terdiri dari pemerintahan dan kehidupan masyarakat kerajaan Kalingga serta kemunduran dan runtuhnya kerajaan Kalingga. Semoga artikel kami tentang kerajaan Kalingga bermanfaat.
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang sangat tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau nama lainnya yaitu kerajaan Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra).
Sementara di sebelah utara kerajaan Kalingga terdapat Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudera. Oleh karena itu, kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Jawa Tengah, di Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria. Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 - ke-9 M.
Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga
Raja yang paling terkenal pada masa Kerajaan Kalingga adalah seorang raja wanita yang bernama Ratu Sima. Ia memerintah sekitar tahun 674 M. Ia dikenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan sangat bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang berlaku.Untuk mencoba kejujuran rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan pundi - pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu yang lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang sedang jalan - jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggot keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Agama utama yang dianut oleh penduduk kerajaan Kalingga pada umumnya Buddha. Agama Buddha berkembang pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang di Kaling dan tinggal selama tiga tahun.Selama di kerajaan Kalingga, ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke dalam bahasa Cina. Dalam usaha menterjemahkan kitab itu Hwining dibantu oleh seorang pendeta bernama Jnanabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat di Kalingga hidup teratur, aman, dan tenteram. Mata pencaharian penduduk kerajaan Kalingga pada umumnya adalah bertani, karena wilayah kerajaan Kalingga subur untuk pertanian. Di samping itu, penduduk kerajaan Kalingga juga melakukan perdagangan.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
Peninggalan kerajaan kalingga berdasarkan berbagai sumber sejarah ada 5 (lima), terdiri dari 2 candi dan 3 prasasti. Berikut ini penjelasannya.
1. Prasasti Tukmas
Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti Tukmas dapat dijumpai di Kecamatan Grabak, Magelang (sebelah barat Gunung Merapi).
2. Prasasti Upit
Prasasti Upit saai ini disimpan di kantor Purbakala Jawa Tengah, yaitu di Prambanan, kabupaten Klaten.
3. Prasasti Sojomerto
Prasasti ini merupakan sebuah prasasti yang ada di kabupaten Batang.
Candi ini terletak di Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang cukup tinggi namun tidak roboh terkena angin, maka candi ini dinamakan candi angin.
5. Candi Bubrah
Candi Bubrah juga berada di desa Tempur, Kabupaten Jepara. Karena jarak Candi Bubrah yang berjarak sekitar 500 meter dari Candi Angin.
Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan Sriwijaya yang menguasai perdagangan. Serangan kerajaan Sriwijaya ke kerajaan Kalingga mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742 - 755 M.Demikian artikel kami yang membahas tentang kerajaan Kalingga yang terdiri dari pemerintahan dan kehidupan masyarakat kerajaan Kalingga serta kemunduran dan runtuhnya kerajaan Kalingga. Semoga artikel kami tentang kerajaan Kalingga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Sejarah Kerajaan Kalingga"
Silahkan berkomentar . .