4 Teknik Penyusunan Modul (Prosedur, Panduan) & Contoh
Teknik dalam penyusunan dan pembuatan modul (prosedur, panduan, langkah). Apakah anda seorang guru atau pengajar? Nah, kita semua tahu bahwa meskipun sekarang ini ada banyak sekali bahan yang bisa digunakan dalam pembelajaran, terutama sumber informasi dari internet yang tanpa batas, membuat kita dan para siswa kita dapat dengan mudah mencari sumber belajar yang relevan.
Tinggal ketikkan kata kunci tertentu di website pencarian, maka akan ada ribuan informasi yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan. Sumber bahan ajar dari internet yang tanpa batas ini juga kadang menjadi kekurangan. Kok bisa? Bukannya lebih banyak informasi itu lebih baik?
Jadi begini, ketika kita mengajar di SD dan mengajar tentang tema lingkungan, tentu di internet ada banyak sekali sumber belajar yang bisa di pilih. Tapi, terkadang apa yang disampaikan di internet itu terlalu luas, bahkan materi tentang lingkungan ini biasanya dipelajari untuk siswa SMA atau bahkan perguruan tinggi.
Dalam banyak kasus, para pendidik enggan membuat modul untuk kegiatan pembelajaran mereka disebabkan mereka tidak mengerti dan tidak tahu benar penyusunan dan pembuatan modul. Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami akan berusaha untuk menjelaskan langkah-langkah penyusunan modul penting untuk kita pelajari.
Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang mesti kita lalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul. Untuk lebih jelasnya, anda dapat menyimak penjelasan berikut ini!
Prosedur Penyusunan 1 : Analisis Kurikulum
Panduan pertama dalam teknik atau prosedur penyusunan modul adalah melakukan analisis kurikulum. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan cara melihat inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh peserta didik (critical learning outcomes)
Prosedur Penyusunan 2 : Menentukan Judul Modul
Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya dalam prosedur penyusunan modul yaitu menentukan judul-judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita harus mengacu kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada di dalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar.
Sedangkan besarnya kompetensi dapat di seleksi, antara lain dengan cara, apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 Materi Pokok, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun, jika kompetensi diuraikan menjadi lebih dari 4 Materi Pokok, maka perlu dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah menjadi dua judul modul atau tidak.
Prosedur Penyusunan 3 : Pemberian Kode Modul
Perlu kita ketahui bahwa dalam prosedur penyusunan modul, untuk memudahkan kita dalam modul, maka sangat diperlukan adanya kode modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka diberi makna. Contohnya, digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS, angka tiga (3)
berarti Bahasa, dan seterusnya. Selanjutnya, digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas, atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1 (satu) pada digit kedua berarti Fisika, angka dua (2) berarti Kimia, angka tiga (3) berarti Biologi, dan seterusnya.
Orang lain juga membuka :
1. Memahami Unsur-Unsur dan Struktur Modul (Menurut Ahli)
2. Cara Mengembangkan Handout Menjadi Bahan Ajar "Luar Biasa"
Prosedur Penyusunan 4 : Penulisan Modul
Langkah terakhir dalam prosedur teknik penyusunan modul yaitu penulisan modul. Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses penulisan modul, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
a. Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas yang semestinya telah dimiliki oleh peserta didik setelah mereka berhasil menyelesaikan modul tersebut. Kompetensi dasar yang tercantum dalam modul dapat diambil dari spektrum kompetensi dasar yang diterbitkan pemerintah. Jika peserta didik tidak berhasil menguasai tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam kompetensi dasar tersebut, maka kompetensi dasar pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan ulang. Hal ini mungkin karena bahan ajar yang gagal, bukan peserta didik yang gagal. Kemudian, kembali pada terminal bebaviour, apabila terminal ini diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
Contoh 1
Rumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan globe atau media lainnya dengan baik dan benar.
b. Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku. Kemudian, karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, di mana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok
adalah dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Criterion Referenced Assessment.
Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi dasar yang akan dicapai, sebelum menyusun materi dan lembar kerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh peserta didik.
c. Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah referensi-referensi mutahur yang mempunyai relevansi dari berbagai sumber, misalnya buku, internet, majalah, atau jurnal penelitian, maka ini akan sangat baik. Untuk penulisannya, materi dalam modul tidak harus ditulis secara lengkap. Kita dapat menunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh materi tersebut.
Tugas-tugas juga harus ditulis secara jelas, agar tidak membingungkan guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang semestinya dapat mereka kerjakan. Sebagai contohnya, tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi, serta berapa lama waktunya. Itu semua mesti diterangkan secara gamblang.
Kemudian, kalimat yang disajikan pun tidak boleh terlalu panjang. Intinya sederhana, singkat, jelas, dan efektif. Dengan demikian, peserta didik akan mudah memahaminya. Untuk peserta didik di tingkat
Madrasah Ibtidaiyah atau yang sederajat, misalnya. Upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang. Dalam satu paragraf kira-kira 3 sampai 7 kalimat saja dan menggunakan huruf kapital.
Sementara itu, gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi materi juga sangat dibutuhkan. Karena, di samping memperjelas uraian, juga dapat menambah daya tarik dan mengurangi kebosanan peserta didik untuk mempelajarinya.
d. Urutan Pengajaran
Perlu kita ketahui, bahwa dalam kaitannya dengan urutan pengajaran, maka urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Contohnya dibuat petunjuk bagi dosen yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi mahasiswanya. Petunjuk mahasiswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu banyak menjelaskan atau dengan kata lain, guru berfungsi sepenuhnya sebagai fasilitator.
e. Struktur Bahan Ajar (Modul)
Seperti telah disinggung di muka bahwa secara umum modul paling tidak harus memuat tujuh komponen utama. Namun, harus kita mengerti bahwa dalam kenyataan di lapangan, struktur modul dapat bervariasi. Hal tersebut terutama tergantung pada karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar yang bakal dilaksanakan.
Demikian artikel tentang prosedur dan teknik dalam penyusunan modul. Semoga prosedur penyusunan modul ini bermanfaat. Jika anda membutuhkan materi penyusunan modul ini, sudah tersedia link download untuk mempermudah anda.
Tinggal ketikkan kata kunci tertentu di website pencarian, maka akan ada ribuan informasi yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan. Sumber bahan ajar dari internet yang tanpa batas ini juga kadang menjadi kekurangan. Kok bisa? Bukannya lebih banyak informasi itu lebih baik?
Jadi begini, ketika kita mengajar di SD dan mengajar tentang tema lingkungan, tentu di internet ada banyak sekali sumber belajar yang bisa di pilih. Tapi, terkadang apa yang disampaikan di internet itu terlalu luas, bahkan materi tentang lingkungan ini biasanya dipelajari untuk siswa SMA atau bahkan perguruan tinggi.
Teknik/ Prosedur/Panduan Penyusunan Modul
Untuk itu, sebisa mungkin para guru membuat bahan ajar sendiri yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, salah satunya lewat modul. Membuat atau menyusun modul itu merupakan pekerjaan yang susah-susah gampang. Asal ada niat, sebenarnya mudah kok dalam menyusun dan membuat modul. Tapi kalau kita malas-malasan, ya modul itu akan lama tersusun, bahkan tidak jadi-jadi.Dalam banyak kasus, para pendidik enggan membuat modul untuk kegiatan pembelajaran mereka disebabkan mereka tidak mengerti dan tidak tahu benar penyusunan dan pembuatan modul. Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami akan berusaha untuk menjelaskan langkah-langkah penyusunan modul penting untuk kita pelajari.
Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang mesti kita lalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul. Untuk lebih jelasnya, anda dapat menyimak penjelasan berikut ini!
Prosedur Penyusunan 1 : Analisis Kurikulum
Panduan pertama dalam teknik atau prosedur penyusunan modul adalah melakukan analisis kurikulum. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan cara melihat inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh peserta didik (critical learning outcomes)
Prosedur Penyusunan 2 : Menentukan Judul Modul
Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya dalam prosedur penyusunan modul yaitu menentukan judul-judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita harus mengacu kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada di dalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar.
Sedangkan besarnya kompetensi dapat di seleksi, antara lain dengan cara, apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 Materi Pokok, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun, jika kompetensi diuraikan menjadi lebih dari 4 Materi Pokok, maka perlu dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah menjadi dua judul modul atau tidak.
Prosedur Penyusunan 3 : Pemberian Kode Modul
Perlu kita ketahui bahwa dalam prosedur penyusunan modul, untuk memudahkan kita dalam modul, maka sangat diperlukan adanya kode modul. Pada umumnya, kode modul adalah angka-angka diberi makna. Contohnya, digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS, angka tiga (3)
berarti Bahasa, dan seterusnya. Selanjutnya, digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas, atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1 (satu) pada digit kedua berarti Fisika, angka dua (2) berarti Kimia, angka tiga (3) berarti Biologi, dan seterusnya.
Orang lain juga membuka :
1. Memahami Unsur-Unsur dan Struktur Modul (Menurut Ahli)
2. Cara Mengembangkan Handout Menjadi Bahan Ajar "Luar Biasa"
Prosedur Penyusunan 4 : Penulisan Modul
Langkah terakhir dalam prosedur teknik penyusunan modul yaitu penulisan modul. Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses penulisan modul, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
a. Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas yang semestinya telah dimiliki oleh peserta didik setelah mereka berhasil menyelesaikan modul tersebut. Kompetensi dasar yang tercantum dalam modul dapat diambil dari spektrum kompetensi dasar yang diterbitkan pemerintah. Jika peserta didik tidak berhasil menguasai tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam kompetensi dasar tersebut, maka kompetensi dasar pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan ulang. Hal ini mungkin karena bahan ajar yang gagal, bukan peserta didik yang gagal. Kemudian, kembali pada terminal bebaviour, apabila terminal ini diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
Contoh 1
Rumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan globe atau media lainnya dengan baik dan benar.
b. Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku. Kemudian, karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, di mana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok
adalah dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Criterion Referenced Assessment.
Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi dasar yang akan dicapai, sebelum menyusun materi dan lembar kerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh peserta didik.
c. Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah referensi-referensi mutahur yang mempunyai relevansi dari berbagai sumber, misalnya buku, internet, majalah, atau jurnal penelitian, maka ini akan sangat baik. Untuk penulisannya, materi dalam modul tidak harus ditulis secara lengkap. Kita dapat menunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh materi tersebut.
Tugas-tugas juga harus ditulis secara jelas, agar tidak membingungkan guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang semestinya dapat mereka kerjakan. Sebagai contohnya, tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi, serta berapa lama waktunya. Itu semua mesti diterangkan secara gamblang.
Kemudian, kalimat yang disajikan pun tidak boleh terlalu panjang. Intinya sederhana, singkat, jelas, dan efektif. Dengan demikian, peserta didik akan mudah memahaminya. Untuk peserta didik di tingkat
Madrasah Ibtidaiyah atau yang sederajat, misalnya. Upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang. Dalam satu paragraf kira-kira 3 sampai 7 kalimat saja dan menggunakan huruf kapital.
Sementara itu, gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi materi juga sangat dibutuhkan. Karena, di samping memperjelas uraian, juga dapat menambah daya tarik dan mengurangi kebosanan peserta didik untuk mempelajarinya.
d. Urutan Pengajaran
Perlu kita ketahui, bahwa dalam kaitannya dengan urutan pengajaran, maka urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Contohnya dibuat petunjuk bagi dosen yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi mahasiswanya. Petunjuk mahasiswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu banyak menjelaskan atau dengan kata lain, guru berfungsi sepenuhnya sebagai fasilitator.
e. Struktur Bahan Ajar (Modul)
Seperti telah disinggung di muka bahwa secara umum modul paling tidak harus memuat tujuh komponen utama. Namun, harus kita mengerti bahwa dalam kenyataan di lapangan, struktur modul dapat bervariasi. Hal tersebut terutama tergantung pada karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar yang bakal dilaksanakan.
Demikian artikel tentang prosedur dan teknik dalam penyusunan modul. Semoga prosedur penyusunan modul ini bermanfaat. Jika anda membutuhkan materi penyusunan modul ini, sudah tersedia link download untuk mempermudah anda.
Posting Komentar untuk "4 Teknik Penyusunan Modul (Prosedur, Panduan) & Contoh"
Silahkan berkomentar . .