Artikel Gempa Bumi (Pengertian, Jenis, Penyebab, Skala, Rumus)
Artikel tentang gempa bumi. Sesuai dengan judul di atas, kali ini kami akan membagikan artikel tentang gempa bumi. Dalam artikel ini ada banyak hal yang akan kita pelajari, mulai dari pengertian gempa bumi, jenis gempa bumi, penyebab gempa bumi, hingga rumus perhitungan dan skala yang digunakan dalam bencana gempa bumi.
Yang pertama kita bahas dalam artikel tentang gempa bumi ini yaitu pengertian gempa bumi. Apa kalian tahu apa itu gempa bumi? Ya mungkin sebagian dari kita menyebut gempa bumi sebagai istilah sebutan untuk jenis bencana alam yang mana ada tanah bergerak-gerak (bukan tanah longsor ya...). Ya intinya itu lah.
Ada banyak sebutan dalam bencana gempa bumi. Nah, gempa bumi menurut jenisnya ada empat macam, yaitu gempa bumi vulkanik, tektonok, runtuhan, dan gempa bumi tumbukan. Bagi anda yang masih belum mengenal tentang keempat jenis gempa tersebut, anda dapat membaca uraian berikut ini.
a. Jenis Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik merupakan jenis gempa bumi yang disebabkan adanya aktivitas vulkanisme atau letusan gunung api. Gempa bumi jenis ini hanya terasa di sekitar gunung api itu saja, dan dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah letusan gunung api. Gempa ini terjadi karena adanya getaran dalam bumi yang disebabkan oleh gesekan magma dengan dinding batuan yang ditrobos pada saat magma naik ke permukaan, di samping adanya tekanan gas pada saat terjadinya peledakan hebat. Contoh jenis gempa bumi vulkanik yang sering terjadi yaitu gempa bumi di sekitar lereng gunung merapi (Magelang, Jawa Tengah), Gunung Agung (Pulau Bali).
b. Jenis Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan adanya pergeseran-pergeseran di dalam bumi secara tiba-tiba. Gejala ini sangat erat hubungannya dengan pembentukan pegunungan yang biasanya diikuti dengan pembentukan sesar-sesar baru. Ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam bumi akan mengaktifkan kembali sesar-sesar lama yang sudah tidak aktif. Apabila pergerakan tersebut cukup besar dan terekam oleh seismograf akan menyebabkan terjadinya gempa bumi tektonik. Contoh jenis gempa bumi ini yang pernah terjadi di Indonesia yaitu Gempa Padang-Sumatera Barat (2009), Gempa Pulau Nias-Sumatera Utara (2005), Gempa Palu / Donggala Sulawesi Tengah (2018).
c. Jenis Gempa Bumi Runtuhan/Terban
Gempa bumi runtuhan terjadi akibat jatuhnya massa tanah di bagian atas rongga dalam bumi, biasanya terjadi di gua, di daerah pertambangan, lereng tebing yang curam, dan di daerah karst. Runtuhan yang terjadi di daerah-daerah tersebut sering menimbulkan getaran gempa yang dikelompokkan ke dalam gempa bumi runtuhan. Contoh jenis gempa runtuhan yaitu ketika tambang bawah tanah Freeport runtuh (2013) dan memunculkan gempa kecil di wilayah tersebut.
d. Jenis Gempa Bumi Tumbukan
Gempa ini terutama disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi Gempa seperti ini jarang terjadi. Gempa bumi jenis ini diperkirakan terjadi pada masa purba, yaitu masa berakhirnya zaman purba (zaman dinosaurus).
2. Jenis Gempa Bumi Menurut Hiposentrum
Hiposentrum merupakan pusat gempa di bawah permukaan bumi disebut. Dengan hiposentrum, gelombang menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk hiposentrum, yaitu hiposentrum garis dan titik. Hiposentrum berbentuk garis jika penyebabnya patahan kerak bumi dan hiposentrum berbentuk titik jika penyebabnya gunung api atau tanah longsor.
Permukaan tanah yang berada tepat di atas hiposentrum disebut episentrum. Di sekitar episentrum inilah biasanya terjadi kerusakan paling parah. Dari episentrum getaran permukaan menjalar horizontal ke segala arah. Di Indonesia, episentrum umumnya terdapat di bawah permukaan laut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tsunami. Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya jenis gempa bumi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu jenis gempa bumi dalam, menengah, dan gempa bumi dangkal.
a. Jenis Gempa Bumi Dalam
Jenis gempa bumi ini mempunyai kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu mengguncang permukaan bumi. Contoh jenis gempa bumi dalam yang terjadi di Indonesia adalah gempa yang pernah terjadi di bawah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi.
b. Jenis Gempa Bumi Menengah
Berbeda dengan jenis gempa bumi dalam, jenis gempa bumi ini mempunyai kedalaman hiposentrum antara 100 300 km. Contoh jenis gempa bumi ini pernah terjadi di selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Teluk Tomini. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan ringan.
c. Jenis Gempa Bumi Dangkal
Jenis gempa bumi yang terakhir yaitu jenis gempa bumi dangkal. Jenis gempa bumi ini sesuai dengan namanya yaitu memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Jenis gempa bumi ini berbahaya sekali. Mengapa? Hal ini karena dapat menimbulkan kerusakan besar, contohnya gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa tengah pada bulan Mei tahun 2006.
1) Gelombang longitudinal yaitu gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah, dengan kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang inilah yang pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
2) Gelombang transversal, yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4-7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder.
3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 -3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Dalam seismogram, gelombang longitudinal dicatat sebagai fase pelopor pertama, sedangkan gelombang transversal yang datang kemudian dicatat sebagai pelopor kedua. Fase dari gangguan utama dimulai dengan tibanya gelombang-gelombang permukaan. Perbedaan waktu antara tibanya pelopor pertama dan kedua serta gangguan utama dipakai sebagai dasar menentukan jarak episentrum yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Laska sebagai berikut :
Keterangan
D : jarak episentral dalam megameter
S-P : perbedaan waktu tibanya gelombang pertama dan kedua dalam menit
1 : satu menit merupakan pengurangan tetap
1 megameter = 1.000 kilometer
Contoh
Di stasiun gempa, pelopor pertama tercatat pada pukul 10.02 dan pelopor kedua tercatat pada pukul 10.08. Berdasarkan rumus Laska, berapa jarak episentrumnya?
Jawab
S-P = 6 menit
D = (6-1) x 1 megameter = 5 megameter = 5.000 kilomheter
Jadi, jarak episentrum gempa adalah 5.000 km.
1) Seismograf Horizontal
Seismograf horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantungkan pada tiang dan dilengkapi engsel di tempat massa itu digantungkan serta jarum di bagian bawah massa tersebut. Apabila terjadi gempa massa itu tetap diam (stationer), dan tiang serta silinder di bawahnya bergetar dengan bumi. Akibatnya, terdapat goresan pada silinder berlapis jelaga. Goresan pada silinder itu berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram.
2) Seismograf Vertikal
Pada seismograf vertikal, massa stasioner digantung pada pegas gunanya untuk meramalkan gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung serta silinder alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stasioner, sehingga terdapat seismogram pada alat pencatat.
Di sebuah stasiun gempa dipasang dua seismograf horizontal yang masing-masing menghadap kearah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua seismograf ini tercatat getaran dari arah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya orang dapat menentukan arah episentrum dan dibantu dengan sebuah seismograf vertikal yang dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut.
1) Skala Mercalli
Skala ini melukiskan penentuan kekuatan gempa berdasarkan pada apa yang dirasakan dan dilihat. Berikut ini Skala Mercalli yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
I. Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang
II. Getaran dirasakan oleh beberapa orang yang diam, lebih-lebih di rumah tingkat atas. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang
III. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Kendaraan yang sedang berhenti terasa bergerak, lamanya dapat diamati
IV. Kalau terjadinya siang hari, banyak orang di dalam rumah dan sedikit orang di luar merasakan getaran. Jika malam hari, beberapa orang dapat terbangun. Barang pecah belah bisa pecah dan pintu berderak. Kendaraan yang terparkir bergerak
V. Getaran dirasakan oleh hampir semua orang. Barang-barang pecah, terpelanting. Pohon dan tiang-tiang tampak bergoyang kuat. Jarum jam dapat berhenti
VI. Kebanyakan orang panik lari ke luar, karena semua orang merasakan getaran kuat. Kerusakan ringan pada cerobong asap pabrik. Meja kursi bergerak dan plester dinding terlepas.
VII. Semua orang ke luar rumah. Kerusakan ringan sampai sedang pada bangunan yang kuat. Banyak kerusakan pada bangunan yang tidak kuat. Cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang sedang naik kendaraan.
VIII. Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan lubang-lubang dan retakan Kerusakan berat pada bangunan yang tidak kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Cerobong asap pabrik dan monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh.
IX. Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan retakan dan lubang-lubang rangka rumah bengkok-bengkok, lokasi rumah bergeser, serta pipa dalam tanah putus.
X. Bangunan kuat dari kayu rusak, kerangka rumah lepas dari pondasi, tanah retak, rel kereta api melengkung, tebing dan tepian sungai longsor, serta adanya banjir.
XI. Bangunan hanya sedikit yang masih berdiri, jembatan rusak, tanah retak dan merosot, rel kereta api bengkok-bengkok, dan pipa-pipa dalam tanah rusak sama sekali.
XII. Permukaan bumi hancur sama sekali dan tampak bergelombang. Pemandangan kabur dan benda-benda terlempar ke udara.
2) Skala Omori
Negara Jepang memiliki derajat gempa yang kuat, maka skala yang disusun dengan skala Omori dimulai dengan derajat kerusakan yang cukup kuat dan berakhir dengan skala VIl yang setaraf dengan skala XII Mercalli.
I. Getaran-getaran lunak dirasakan oleh banyak orang
II. Getaran sedang, semua orang terbangun, karena bunyi jendela, pintu dan barang-barang yang pecah
III. Getaran agak kuat, jam dinding berhenti, pintu dan jendela terbuka
IV. Getaran kuat, gambar dinding berjatuhan, dinding tembok retak-retak.
V. Getaran sangat kuat, dinding, dan atap rumah roboh.
VI. Rumah yang kuat roboh.
VII. Kerusakan menyeluruh.
3) Skala Richter
Tabel 3.4 menunjukkan cara menggunakan skala Richter. Garis sebelah kiri menunjukkan jarak episentrum (D) dalam satuan km. Gempa dicatat dengan jarak 300 km atau kurang dari 3. Garis sebelah kanan menunjukkan amplitudo gelombang gempa. Gempa yang dicatat adalah 10 mm. Ditarik lah garis dari titik 300 km ke titik 10 mm, sehingga garis itu memotong garis yang terletak di tengah pada titik 5. Hal ini berarti bahwa gempa yang terjadi berkekuatan 5 pada skala Richter.
Hasil pencatatan seismograf berupa catatan-catatan gelombang gempa yang terlihat pada kertas berarang. Hasil pencatatan seismograf dinamakan seismogram.
1) Sabuk Alpin Himalaya atau Sabuk Mediteran
Sabuk Alpin Himalaya membujur dari samudra Atlantik, dekat kepulauan Azores, sepanjang sebelah utara Laut Tengah menuju Turki, Iran, Himalaya Myanmar dan akhirnya sampai ke Indonesia meliputi wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Orang lain juga membuka :
1. Makalah Vulkanisme (Pengertian, Jenis, Fenomena, Gejala, Bentuk)
2. 8 Macam Erosi Tanah, Penyebab, Cara Mencegah, dan Dampaknya
3. 12 Cara Mencegah Banjir yang Efektif di Indonesia
2) Sabuk Pasifik
Sabuk pasifik menyusuri tepi Samudra Pasifik, dari Filipina ke Jepang semenanjung Kamchatka, kepulauan Aleut, pantai barat Benua Amerika, menuju ke Selandia Baru, kepulauan Samoa, Irian, dan bertemu dengan sabuk Alpen Himalaya di Maluku.
Sembilan puluh persen gempa bumi yang terjadi berasal dari kedua sabuk tersebut, dan Indonesia terletak pada pertemuan keduanya. Itulah sebabnya Indonesia sering mengalami gempa bumi kira-kira 400 kali dalam setahun. Sebagian besar gempa di Indonesia adalah gempa tektonik, sedangkan daerah seismik di Indonesia adalah lautan di Kalimantan Timur dan sebelah selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, laut di sekeliling Sulawesi, lereng antara Pegunungan Irian Barat dan sekeliling Laut Banda.
Kesimpulan
Demikian artikel tentang gempa bumi yang terdiri dari pengertian gempa bumi, jenis gempa bumi, skala gempa bumi, skala gempa bumi, hingga penyebab gempa bumi di Indonesia. Link Download artikel sudah kami sediakan jika anda membutuhkan artikel tentang gempa bumi di atas.
Yang pertama kita bahas dalam artikel tentang gempa bumi ini yaitu pengertian gempa bumi. Apa kalian tahu apa itu gempa bumi? Ya mungkin sebagian dari kita menyebut gempa bumi sebagai istilah sebutan untuk jenis bencana alam yang mana ada tanah bergerak-gerak (bukan tanah longsor ya...). Ya intinya itu lah.
Artikel Pengertian Gempa Bumi
Nah, pengertian gempa bumi di atas adalah pengertian gempa bumi bagi orang awam, namun alangkah lebih baiknya kita mengutip pengertian gempa bumi oleh ahli gempa. Jadi, menurut pendapat Katili, gempa bumi adalah suatu sentakan asli yang terjadi di bumi, bersumber dari dalam bumi yang kemudian merambat ke permukaan. Pada saat gempa bumi terjadi, yang dapat kita rasakan adalah getaran bumi di tempat kita berpijak. Ilmu yang mempelajari gempa bumi dinamakan seismologi.Jenis-Jenis Gempa Bumi
1. Jenis Gempa Bumi Menurut JenisnyaAda banyak sebutan dalam bencana gempa bumi. Nah, gempa bumi menurut jenisnya ada empat macam, yaitu gempa bumi vulkanik, tektonok, runtuhan, dan gempa bumi tumbukan. Bagi anda yang masih belum mengenal tentang keempat jenis gempa tersebut, anda dapat membaca uraian berikut ini.
a. Jenis Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik merupakan jenis gempa bumi yang disebabkan adanya aktivitas vulkanisme atau letusan gunung api. Gempa bumi jenis ini hanya terasa di sekitar gunung api itu saja, dan dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah letusan gunung api. Gempa ini terjadi karena adanya getaran dalam bumi yang disebabkan oleh gesekan magma dengan dinding batuan yang ditrobos pada saat magma naik ke permukaan, di samping adanya tekanan gas pada saat terjadinya peledakan hebat. Contoh jenis gempa bumi vulkanik yang sering terjadi yaitu gempa bumi di sekitar lereng gunung merapi (Magelang, Jawa Tengah), Gunung Agung (Pulau Bali).
b. Jenis Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan adanya pergeseran-pergeseran di dalam bumi secara tiba-tiba. Gejala ini sangat erat hubungannya dengan pembentukan pegunungan yang biasanya diikuti dengan pembentukan sesar-sesar baru. Ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam bumi akan mengaktifkan kembali sesar-sesar lama yang sudah tidak aktif. Apabila pergerakan tersebut cukup besar dan terekam oleh seismograf akan menyebabkan terjadinya gempa bumi tektonik. Contoh jenis gempa bumi ini yang pernah terjadi di Indonesia yaitu Gempa Padang-Sumatera Barat (2009), Gempa Pulau Nias-Sumatera Utara (2005), Gempa Palu / Donggala Sulawesi Tengah (2018).
c. Jenis Gempa Bumi Runtuhan/Terban
Gempa bumi runtuhan terjadi akibat jatuhnya massa tanah di bagian atas rongga dalam bumi, biasanya terjadi di gua, di daerah pertambangan, lereng tebing yang curam, dan di daerah karst. Runtuhan yang terjadi di daerah-daerah tersebut sering menimbulkan getaran gempa yang dikelompokkan ke dalam gempa bumi runtuhan. Contoh jenis gempa runtuhan yaitu ketika tambang bawah tanah Freeport runtuh (2013) dan memunculkan gempa kecil di wilayah tersebut.
d. Jenis Gempa Bumi Tumbukan
Gempa ini terutama disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi Gempa seperti ini jarang terjadi. Gempa bumi jenis ini diperkirakan terjadi pada masa purba, yaitu masa berakhirnya zaman purba (zaman dinosaurus).
2. Jenis Gempa Bumi Menurut Hiposentrum
Hiposentrum merupakan pusat gempa di bawah permukaan bumi disebut. Dengan hiposentrum, gelombang menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk hiposentrum, yaitu hiposentrum garis dan titik. Hiposentrum berbentuk garis jika penyebabnya patahan kerak bumi dan hiposentrum berbentuk titik jika penyebabnya gunung api atau tanah longsor.
Permukaan tanah yang berada tepat di atas hiposentrum disebut episentrum. Di sekitar episentrum inilah biasanya terjadi kerusakan paling parah. Dari episentrum getaran permukaan menjalar horizontal ke segala arah. Di Indonesia, episentrum umumnya terdapat di bawah permukaan laut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tsunami. Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya jenis gempa bumi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu jenis gempa bumi dalam, menengah, dan gempa bumi dangkal.
a. Jenis Gempa Bumi Dalam
Jenis gempa bumi ini mempunyai kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu mengguncang permukaan bumi. Contoh jenis gempa bumi dalam yang terjadi di Indonesia adalah gempa yang pernah terjadi di bawah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi.
b. Jenis Gempa Bumi Menengah
Berbeda dengan jenis gempa bumi dalam, jenis gempa bumi ini mempunyai kedalaman hiposentrum antara 100 300 km. Contoh jenis gempa bumi ini pernah terjadi di selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Teluk Tomini. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan ringan.
c. Jenis Gempa Bumi Dangkal
Jenis gempa bumi yang terakhir yaitu jenis gempa bumi dangkal. Jenis gempa bumi ini sesuai dengan namanya yaitu memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Jenis gempa bumi ini berbahaya sekali. Mengapa? Hal ini karena dapat menimbulkan kerusakan besar, contohnya gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa tengah pada bulan Mei tahun 2006.
Getaran atau Gelombang Gempa Bumi
Getaran yang disebabkan oleh gempa bumi dapat merambat melalui 3 macam gelombang gempa, sebagai berikut1) Gelombang longitudinal yaitu gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah, dengan kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang inilah yang pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
2) Gelombang transversal, yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4-7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder.
3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 -3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Dalam seismogram, gelombang longitudinal dicatat sebagai fase pelopor pertama, sedangkan gelombang transversal yang datang kemudian dicatat sebagai pelopor kedua. Fase dari gangguan utama dimulai dengan tibanya gelombang-gelombang permukaan. Perbedaan waktu antara tibanya pelopor pertama dan kedua serta gangguan utama dipakai sebagai dasar menentukan jarak episentrum yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Laska sebagai berikut :
Keterangan
D : jarak episentral dalam megameter
S-P : perbedaan waktu tibanya gelombang pertama dan kedua dalam menit
1 : satu menit merupakan pengurangan tetap
1 megameter = 1.000 kilometer
Contoh
Di stasiun gempa, pelopor pertama tercatat pada pukul 10.02 dan pelopor kedua tercatat pada pukul 10.08. Berdasarkan rumus Laska, berapa jarak episentrumnya?
Jawab
S-P = 6 menit
D = (6-1) x 1 megameter = 5 megameter = 5.000 kilomheter
Jadi, jarak episentrum gempa adalah 5.000 km.
Alat Pencatat Gempa Bumi (Seismograf)
Getaran gempa ada yang arahnya horizontal dan ada yang vertikal. Alat pencatat gempa juga ada dua macam, yaitu seismograf horizontal dan seismograf vertikal.1) Seismograf Horizontal
Seismograf horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantungkan pada tiang dan dilengkapi engsel di tempat massa itu digantungkan serta jarum di bagian bawah massa tersebut. Apabila terjadi gempa massa itu tetap diam (stationer), dan tiang serta silinder di bawahnya bergetar dengan bumi. Akibatnya, terdapat goresan pada silinder berlapis jelaga. Goresan pada silinder itu berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram.
2) Seismograf Vertikal
Pada seismograf vertikal, massa stasioner digantung pada pegas gunanya untuk meramalkan gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung serta silinder alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stasioner, sehingga terdapat seismogram pada alat pencatat.
Di sebuah stasiun gempa dipasang dua seismograf horizontal yang masing-masing menghadap kearah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua seismograf ini tercatat getaran dari arah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya orang dapat menentukan arah episentrum dan dibantu dengan sebuah seismograf vertikal yang dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut.
Skala dalam Gempa Bumi
Penyaluran kekuatan gempa dapat dilihat dengan menggunakan skala. Ada beberapa macam skala gempa bumi yang digunakan untuk mengetahui berapa besar intensitas getaran gempa yang terjadi, yaitu skala mercalli, skala omori, dan skala richter. Berikut ini penjelasannya satu persatu dari ketiga jenis skala di atasi.1) Skala Mercalli
Skala ini melukiskan penentuan kekuatan gempa berdasarkan pada apa yang dirasakan dan dilihat. Berikut ini Skala Mercalli yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
I. Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang
II. Getaran dirasakan oleh beberapa orang yang diam, lebih-lebih di rumah tingkat atas. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang
III. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Kendaraan yang sedang berhenti terasa bergerak, lamanya dapat diamati
IV. Kalau terjadinya siang hari, banyak orang di dalam rumah dan sedikit orang di luar merasakan getaran. Jika malam hari, beberapa orang dapat terbangun. Barang pecah belah bisa pecah dan pintu berderak. Kendaraan yang terparkir bergerak
V. Getaran dirasakan oleh hampir semua orang. Barang-barang pecah, terpelanting. Pohon dan tiang-tiang tampak bergoyang kuat. Jarum jam dapat berhenti
VI. Kebanyakan orang panik lari ke luar, karena semua orang merasakan getaran kuat. Kerusakan ringan pada cerobong asap pabrik. Meja kursi bergerak dan plester dinding terlepas.
VII. Semua orang ke luar rumah. Kerusakan ringan sampai sedang pada bangunan yang kuat. Banyak kerusakan pada bangunan yang tidak kuat. Cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang sedang naik kendaraan.
VIII. Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan lubang-lubang dan retakan Kerusakan berat pada bangunan yang tidak kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Cerobong asap pabrik dan monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh.
IX. Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan retakan dan lubang-lubang rangka rumah bengkok-bengkok, lokasi rumah bergeser, serta pipa dalam tanah putus.
X. Bangunan kuat dari kayu rusak, kerangka rumah lepas dari pondasi, tanah retak, rel kereta api melengkung, tebing dan tepian sungai longsor, serta adanya banjir.
XI. Bangunan hanya sedikit yang masih berdiri, jembatan rusak, tanah retak dan merosot, rel kereta api bengkok-bengkok, dan pipa-pipa dalam tanah rusak sama sekali.
XII. Permukaan bumi hancur sama sekali dan tampak bergelombang. Pemandangan kabur dan benda-benda terlempar ke udara.
2) Skala Omori
Negara Jepang memiliki derajat gempa yang kuat, maka skala yang disusun dengan skala Omori dimulai dengan derajat kerusakan yang cukup kuat dan berakhir dengan skala VIl yang setaraf dengan skala XII Mercalli.
I. Getaran-getaran lunak dirasakan oleh banyak orang
II. Getaran sedang, semua orang terbangun, karena bunyi jendela, pintu dan barang-barang yang pecah
III. Getaran agak kuat, jam dinding berhenti, pintu dan jendela terbuka
IV. Getaran kuat, gambar dinding berjatuhan, dinding tembok retak-retak.
V. Getaran sangat kuat, dinding, dan atap rumah roboh.
VI. Rumah yang kuat roboh.
VII. Kerusakan menyeluruh.
3) Skala Richter
Tabel 3.4 menunjukkan cara menggunakan skala Richter. Garis sebelah kiri menunjukkan jarak episentrum (D) dalam satuan km. Gempa dicatat dengan jarak 300 km atau kurang dari 3. Garis sebelah kanan menunjukkan amplitudo gelombang gempa. Gempa yang dicatat adalah 10 mm. Ditarik lah garis dari titik 300 km ke titik 10 mm, sehingga garis itu memotong garis yang terletak di tengah pada titik 5. Hal ini berarti bahwa gempa yang terjadi berkekuatan 5 pada skala Richter.
Penyebab Indonesia Rawan Gempa
Gempa yang terjadi di permukaan bumi tersebar merata. Persebaran gempa bumi di indonesia dapat dilihat dari episentrum-episentrum gempa yang pernah terjadi dan sudah dipetakan. Jalur gempa yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :1) Sabuk Alpin Himalaya atau Sabuk Mediteran
Sabuk Alpin Himalaya membujur dari samudra Atlantik, dekat kepulauan Azores, sepanjang sebelah utara Laut Tengah menuju Turki, Iran, Himalaya Myanmar dan akhirnya sampai ke Indonesia meliputi wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Orang lain juga membuka :
1. Makalah Vulkanisme (Pengertian, Jenis, Fenomena, Gejala, Bentuk)
2. 8 Macam Erosi Tanah, Penyebab, Cara Mencegah, dan Dampaknya
3. 12 Cara Mencegah Banjir yang Efektif di Indonesia
2) Sabuk Pasifik
Sabuk pasifik menyusuri tepi Samudra Pasifik, dari Filipina ke Jepang semenanjung Kamchatka, kepulauan Aleut, pantai barat Benua Amerika, menuju ke Selandia Baru, kepulauan Samoa, Irian, dan bertemu dengan sabuk Alpen Himalaya di Maluku.
Sembilan puluh persen gempa bumi yang terjadi berasal dari kedua sabuk tersebut, dan Indonesia terletak pada pertemuan keduanya. Itulah sebabnya Indonesia sering mengalami gempa bumi kira-kira 400 kali dalam setahun. Sebagian besar gempa di Indonesia adalah gempa tektonik, sedangkan daerah seismik di Indonesia adalah lautan di Kalimantan Timur dan sebelah selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, laut di sekeliling Sulawesi, lereng antara Pegunungan Irian Barat dan sekeliling Laut Banda.
Kesimpulan
Demikian artikel tentang gempa bumi yang terdiri dari pengertian gempa bumi, jenis gempa bumi, skala gempa bumi, skala gempa bumi, hingga penyebab gempa bumi di Indonesia. Link Download artikel sudah kami sediakan jika anda membutuhkan artikel tentang gempa bumi di atas.
Posting Komentar untuk "Artikel Gempa Bumi (Pengertian, Jenis, Penyebab, Skala, Rumus)"
Silahkan berkomentar . .